Selasa, 06 Oktober 2009

Pengertian dan jenis resiko dalam proyek sistem informasi. Disarankan untuk saling tukeran link sesama teman sekelas, dan biasakan memberikan komentar

Jenis Resiko Proyek Sistem Informasi

ABSTRAK

Mengetahui seberapa besar resiko keberhasilan sebuah proyek sistem informasi merupakan salah satu isu utama yang harus diperhitungkan oleh manajemen perusahaan. Statistik menunjukkan bahwa pada kenyataannya, lebih banyak proyek-proyek pengembangan sistem informasi yang menemui kegagalan dibandingkan dengan yang berhasil memenuhi sasaran. Salah satu penyebab utama kegagalan tersebut terletak pada ketidakmampuan manajer proyek dalam mengelola isu-isu resiko dalam proyek yang bersangkutan. Warren McFarlan secara prinsip mengemukakan tiga dimensi utama yang mempengaruhi besar kecilnya resiko sebuah proyek sistem informasi, yaitu: Ukuran dan Batasan Proyek, Tingkat Pengembangan Teknologi, dan Struktur Proyek. Dengan mencoba untuk mendeteksi ketiga karakteristik dimensi ini pada setiap proyek sistem informasi diharapkan dapat memberikan gambaran manajer proyek terhadap spektrum resiko proyek yang dikelolanya.

Data statistik memperlihatkan bahwa lebih banyak proyek-proyek sistem informasi yang menemui kegagalan daripada yang dipandang berhasil. Setidak-tidaknya ada 5 (lima) tipe kegagalan yang mendominasi kasus-kasus pelaksanaan proyek, yaitu:
• Gagal dalam mencapai target yang diinginkan karena kesulitan dalam tahap implementasi;
• Kebutuhan akan biaya implementasi yang jauh lebih besar daripada yang telah dianggarkan dan dialokasikan sebelumnya;
• Waktu implementasi yang jauh lebih lama daripada yang direncanakan dan diperkirakan;
• Kinerja sistem yang secara teknis jauh daripada yang diharapkan; dan
• Sistem yang tidak kompatibel dengan pilihan perangkat keras dan perangkat lunak yang ada.

Dalam salah satu teorinya Warran McFarlan menyatakan bahwa paling tidak ada tiga dimensi yang secara langsung berpengaruh terhadap tingkat resiko pelaksanaan proyek sistem informasi (Applegate et.al., 1999):
1. Ukuran dan Batasan Proyek, dimana semakin besar ukuran proyek akan semakin besar resiko yang harus dihadapi. Besarnya ukuran sebuah proyek tidak saja ditentukan oleh banyaknya sumber daya yang terlibat (finansial, manusia, peralatan, dsb.), namun tergantung pula lamanya proyek tersebut dilaksanakan (mulai dari tahap perencanaan sampai dengan implementasi).

2. Penguasaan Teknologi, dimana semakin tinggi kompetensi dan keahlian para anggota proyek terhadap teknologi yang dipergunakan dalam proyek, akan semakin kecil resiko yang harus dihadapi. Pengalaman dalam mengerjakan penugasan sejenis merupakan salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh tim pelaksana proyek. Di sisi lain, tingkat kecanggihan teknologi juga secara langsung mempengaruhi resiko proyek yang dilaksanakan. Dengan kata lain, semakin melibatkan teknologi tinggi (state-of-the-art) biasanya akan semakin meningkatkan resiko yang ada.

3. Struktur Proyek merupakan dimensi yang paling kritikal, yang merupakan ciri khusus proyek-proyek sistem dan teknologi informasi. Sebuah proyek sistem informasi dikatakan memiliki struktur apabila target output yang ingin dihasilkan tidak berubah sejalan dengan dinamika lingkungan dimana sistem informasi tersebut berada. Sebaliknya, sebuah proyek sistem informasi dikatakan tidak memiliki struktur apabila target output yang ingin dihasilkan sangat bergantung dengan lingkungan dimana sistem informasi tersebut berada; sedikit perubahan pada komponen lingkungan, akan mengakibatkan perubahan pada beberapa aspek pelaksanaan proyek. Tentu saja semakin terstruktur sebuah proyek, akan semakin memperkecil resiko yang dihadapi.

Berdasarkan ketiga dimensi di atas, tingkat resiko proyek sistem informasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti berikut : 1. low tecnology : – large project
– small project
2. high tecnology : – large project
– small project
3. low structure : – low risk
– very low risk
– very high risk
– high risk
4. high structure : – low risk
– very low risk
– medium rsik
– medium low risk

Dari beberapa jenis tersebut terlihat bahwa resiko relatif tinggi harus dihadapi bagi mereka yang terlibat pada proyek-proyek sistem informasi yang melibatkan pemanfaatan teknologi tinggi. Sebaliknya resiko yang relatif rendah akan dihadapi jika hanya melibatkan teknologi yang tidak begitu kompleks. Resiko tertinggi merupakan konsekuensi tim proyek yang terlibat dalam proyek berteknologi tinggi, dengan ukuran proyek berskala besar, dan tidak terstruktur (dinamis); sementara resiko terendah terdapat pada proyek sistem informasi yang tidak menggunakan teknologi tinggi, berskala kecil, dan terstruktur.

pengertian dan ruang lingkup proyek beserta contoh proyek yang anda ketahui di sekitar lingkungan anda

1. Proses sosialisasi dialami oleh setiap warga masyarakat.
2. Manusia mengalami proses belajar untuk menjadi dewasa dan tumbuh berkembang menjadi warga masyarakat yang mampu bertindak yang pantas, sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang ada seperti yang ditetapkan oleh masyarakat, dan yang berlaku di lingkungan budaya tertentu dalam lingkungan budaya bangsa tertentu.
3. unsur-unsur budaya diteruskan dari satu generasi ke geneasi berikutnya sehingga nilai-nilai dan norma yang luhur dilestarikan dan mewarnai pembentukan pribadi warga masyarakatnya.
4. seseorang warga masyarakat akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berbeda dan bahkan unik; tidak ada dua orang yang berpribadi sama betul (identik) di dunia ini.
5. proses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat sehingga perkembangan pribadi seseorang tidak terhenti pada usia sekolah tetapi terus berlangsung sampai menjelang akhir hayatnya. Seseorang masih selalu dapat berubah menuju yang lebih baik sampai pada usia tua.
Fungsi Sosial
1. Proses sosialisasi telah memungkinkan seseorang tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa yang dapat menjalankan:
1. berbagai peranan sosialnya sesuai dengan kedudukan sosial yang dicapainya dalam bermacam lingkungan sosial di mana dia menjadi warganya;
2. kemampuan menjalankan multi status dan multi peranan tersebut dibentuk melalui proses pembelajaran di lingkungan budaya di mana nilai-nilai dan norma-norma sosial berlaku di lingkungan tersebut.
2. Kemampuan untuk menjalankan multi peranan dalam bermacam kedudukan sosial, sesuai dengan tuntutan lingkungannya, menunjukkan keberfungsian sosial manusia. Di samping itu keberfungsian sosial juga mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
1. Kebutuhan dasar manusia itu mencakup aspek-aspek kebutuhan (1) fisik; (2) pengembangan diri; (3) emosional; dan (4) konsep diri yang memadai.
2. Maslow menggunakan jenjang-jenjang kebutuhan
3. Perkembangan diri yang optimal ditandai oleh karakteristik yang berjenjang tinggi, seperti (i) penerimaan terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan alam; (ii)mengupayakan keadilan, kebenaran, ketertiban, kesatuan dan keindahan; (iii) memiliki kemampuan mengatasi masalah; (iv) mandiri; (v) kaya akan respon emosional; (vii) memiliki relasi antarmanusia yang memuaskan dan berkembang; (viii) kreatif; dan (ix) memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Intervensi Sosial
Kita akan membahas tentang pengertian intervensi, yang terkait dengan upaya membantu manusia yang mengalami gangguan internal dan eksternal yang menyebabkan orang tidak dapat menjalankan peranan sosialnya dengan baik.
1. Dalam kehidupan manusia, pada suatu ketika ia pernah mengalami sebuah gangguan keberfungsion sosial karena:
1. ia mengalami gangguan kesehatan, kedukaan yang berat, penderitaan lain sebagai akibat bencana alam, dan sebagainya.
2. ada kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi, misalnya tidak memperoleh kasih sayang yang memadai dari orang tuanya, tidak dapat memperoleh makanan yang cukup bergizi karena kemiskinan orangtuanya, tidak memperoleh pekerjaan karena mengalami kelumpuhan akibat dari polio, dan sebagainya.
3. banyak frustrasi dan kekecewaan yang dialami dalam kehidupannya yang tidak pernah diatasi, dan tidak memperoleh cukup pengalaman untuk mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi lingkungannya.
2. Seseorang, atau keluarga, atau kelompok atau masyarakat yang mengalami gangguan keberfungsian sosial tersebut perlu dibantu dengan melakukan intervensi, yaitu yang dimaksudkan untuk mengadakan perubahan pada mereka yang mengalami gangguan tersebut, atau juga pada situasi yang menimbulkan gangguan. Intervensi semacam ini bertujuan:
1. memulihkan keberfungsian sosial kelayan, atau mereka yang dibantu;
2. mengatasi dan mencegah timbulnya masalah;
3. mencapai perbaikan sosial masyarakat.
3. Intervensi dapat dikategorikan menurut pendekatan mikro (pelayanan atau bantuan langsung berdasarkan penanganan kasus demi kasus); mezzo (pelayanan atau bantuan bagi keluarga dan kelompok kecil) dan makro (mengupayakan perbaikan dan perubahan tata kehidupan masyarakat). Penerapan pendekatan yang beragam tersebut bergantung pada sasaran intervensi yang dituju.

pengertian dan ruang lingkup proyek beserta contoh proyek yang anda ketahui di sekitar lingkungan anda

1. Proses sosialisasi dialami oleh setiap warga masyarakat.
2. Manusia mengalami proses belajar untuk menjadi dewasa dan tumbuh berkembang menjadi warga masyarakat yang mampu bertindak yang pantas, sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang ada seperti yang ditetapkan oleh masyarakat, dan yang berlaku di lingkungan budaya tertentu dalam lingkungan budaya bangsa tertentu.
3. unsur-unsur budaya diteruskan dari satu generasi ke geneasi berikutnya sehingga nilai-nilai dan norma yang luhur dilestarikan dan mewarnai pembentukan pribadi warga masyarakatnya.
4. seseorang warga masyarakat akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berbeda dan bahkan unik; tidak ada dua orang yang berpribadi sama betul (identik) di dunia ini.
5. proses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat sehingga perkembangan pribadi seseorang tidak terhenti pada usia sekolah tetapi terus berlangsung sampai menjelang akhir hayatnya. Seseorang masih selalu dapat berubah menuju yang lebih baik sampai pada usia tua.
Fungsi Sosial
1. Proses sosialisasi telah memungkinkan seseorang tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa yang dapat menjalankan:
1. berbagai peranan sosialnya sesuai dengan kedudukan sosial yang dicapainya dalam bermacam lingkungan sosial di mana dia menjadi warganya;
2. kemampuan menjalankan multi status dan multi peranan tersebut dibentuk melalui proses pembelajaran di lingkungan budaya di mana nilai-nilai dan norma-norma sosial berlaku di lingkungan tersebut.
2. Kemampuan untuk menjalankan multi peranan dalam bermacam kedudukan sosial, sesuai dengan tuntutan lingkungannya, menunjukkan keberfungsian sosial manusia. Di samping itu keberfungsian sosial juga mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
1. Kebutuhan dasar manusia itu mencakup aspek-aspek kebutuhan (1) fisik; (2) pengembangan diri; (3) emosional; dan (4) konsep diri yang memadai.
2. Maslow menggunakan jenjang-jenjang kebutuhan
3. Perkembangan diri yang optimal ditandai oleh karakteristik yang berjenjang tinggi, seperti (i) penerimaan terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan alam; (ii)mengupayakan keadilan, kebenaran, ketertiban, kesatuan dan keindahan; (iii) memiliki kemampuan mengatasi masalah; (iv) mandiri; (v) kaya akan respon emosional; (vii) memiliki relasi antarmanusia yang memuaskan dan berkembang; (viii) kreatif; dan (ix) memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Intervensi Sosial
Kita akan membahas tentang pengertian intervensi, yang terkait dengan upaya membantu manusia yang mengalami gangguan internal dan eksternal yang menyebabkan orang tidak dapat menjalankan peranan sosialnya dengan baik.
1. Dalam kehidupan manusia, pada suatu ketika ia pernah mengalami sebuah gangguan keberfungsion sosial karena:
1. ia mengalami gangguan kesehatan, kedukaan yang berat, penderitaan lain sebagai akibat bencana alam, dan sebagainya.
2. ada kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi, misalnya tidak memperoleh kasih sayang yang memadai dari orang tuanya, tidak dapat memperoleh makanan yang cukup bergizi karena kemiskinan orangtuanya, tidak memperoleh pekerjaan karena mengalami kelumpuhan akibat dari polio, dan sebagainya.
3. banyak frustrasi dan kekecewaan yang dialami dalam kehidupannya yang tidak pernah diatasi, dan tidak memperoleh cukup pengalaman untuk mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi lingkungannya.
2. Seseorang, atau keluarga, atau kelompok atau masyarakat yang mengalami gangguan keberfungsian sosial tersebut perlu dibantu dengan melakukan intervensi, yaitu yang dimaksudkan untuk mengadakan perubahan pada mereka yang mengalami gangguan tersebut, atau juga pada situasi yang menimbulkan gangguan. Intervensi semacam ini bertujuan:
1. memulihkan keberfungsian sosial kelayan, atau mereka yang dibantu;
2. mengatasi dan mencegah timbulnya masalah;
3. mencapai perbaikan sosial masyarakat.
3. Intervensi dapat dikategorikan menurut pendekatan mikro (pelayanan atau bantuan langsung berdasarkan penanganan kasus demi kasus); mezzo (pelayanan atau bantuan bagi keluarga dan kelompok kecil) dan makro (mengupayakan perbaikan dan perubahan tata kehidupan masyarakat). Penerapan pendekatan yang beragam tersebut bergantung pada sasaran intervensi yang dituju.